Sabtu, 07 Februari 2009
4 tipe manusia dlm kesulitan
Pembaca, hidup memang tidak lepas dari berbagai tekanan. Lebih-lebih,hidup di alam modern ini yang menyuguhkan beragam risiko. Sampai seorang sosiolog Ulrich Beck menamai jaman kontemporer ini dengan masyarakat risiko (risk society). Alam modern menyuguhkan perubahan cepat dan tak jarang mengagetkan.
Nah, tekanan itu sesungguhnya membentuk watak, karakter, dan sekaligus menentukan bagaimana orang bereaksi di kemudian hari. Pembaca, pada kesempatan ini, saya akan memaparkan empat tipe orang dalam menghadapi berbagai tekanan tersebut. Mari kita bahas satu demi satu tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.
Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tapi, rapuh sekali di dalam hatinya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada
saat kesulitan terjadi.
Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan. Orang ini perlu berlatih berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup.
Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang menjadi sangat lembek karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka.
Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan pada awalnya. Namun seperti layaknya besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan kompleks, ia mulai bengkok dan
tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.
Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau
mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.
Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan sebongkah kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi.
Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Tapi, setelah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi.
Tipe keempat, tipe manusia bola pingpong. Inilah tipe yang ideal dan terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan pada orang-orang ini karena tekanan justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif. Coba perhatikan bola pingpong. Saat ditekan, justru ia memantuk ke atas dengan lebih dahsyat. Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya.
Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat
finansial yang diharapkannya. Hal ini pernah terjadi dengan seorang kepala regional sales yang performance- nya bagus sekali.
Bangun network
Tetapi, hasilnya ini membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja atasannya yang kurang suka kepadanya memindahkannya ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti
rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun netwok, mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah tersebut, justru tempatnya berhasil masuk dalam daerah tiga top sales.
Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin dingin, lantai penuh kotoran seinci tebalnya, dan kerja paksa tiap hari. Ia mirip ikan herring dalam kaleng. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya.
Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia menjadi sastrawan dunia. Hal ini juga dialami Ho Chi Minh. Orang Vietnam yang biasa dipanggil Paman Ho
ini harus meringkuk dalam penjara. Tapi, penjara tidaklah membuat dirinya patah arang. Ia berjuang dengan puisi-puisi yang ia tulis. A Comrade Paper Blanket menjadi buah karya kondangnya.
Nah, pembaca, itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini.
Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya, bangun mental Anda hingga ke level bola pingpong. Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi
suatu yang mencemaskan untuk Anda. Sekuat itukah mental Anda?
Sumber: 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup oleh Anthony Dio Martin
MANAJEMEN CINTA
MENGELOLA CINTA
Kapankah berakhir bicara cinta? Seolah tema yg satu ini tidak pernah berakhir untuk dibicarakan, dialami dan dirasakan oleh setiap orang. Memang demikian. Sebab tidak lain ia merupakan fitrah kemanusiaan dari Allah SWT.
“Telah dijadikan indah dalam pandangan manusia cinta terhadap berbagai keonginan kepada perempuan (lawan jenis), anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda tunggangan (kendaraan), hewan ternak (piaraan) dan sawah lading. Semua itu kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah ada tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: ‘Maukah aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari semua itu? Bagi orang-orang yang bertakwa di sisi tuhannya ada surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaaruniai) pasangan-pasangan yang disucika serta keridloan Allah; dan Allah Maha Melihat hamba-hambanya’.”
(QS. Ali ‘Imron 3:14-15)
Karena cinta itu adalah fitrah manusia, maka wajar jika kemudian ia memiliki perasaan itu kepada sejumlah obyek sebagaimana diungkap dalam ayat di atas. Begitu pula, boleh saja manusia mencintai semua obyek kesenangan yang memang telah menjadi fitrahnya tersebut. Akan tetapi tentu saja kebolehan bukan berarti tidak terbatas. Sebab manusia diciptakan dengan penuh dengan keterbatasan dan berakibat baik jika ia memenuhi kebutuhan dan kesenangannya itu dalam batas-batasnya. Jika yang dilakukan malah melampaui batas, maka tentu saja hal tersebut di luar kemampuan dirinya dan karenanya ia sendiri yang akan hancur, rusak dan bahkan binasa. Masalahnya adalah manusia memiliki dorongan nafsu yang tidak pernah puas dengan kesenangan yang telah dirasakannya. Hawa nafsu selalu menuntut hal yang lebih dari yang telah dipenuhi. Maka memperturutkan kemauan dan dorongan nafsu menjadi awal kebinasaan itu. Jika hal ini disadari, mestinya manusia berupaya melatih kemampuan mengendalikan dorongan nafsu dalam dirinya. Jika nafsu tidak dikendalikan, maka ia akan selalu mengarahkan pemiliknya kepada perbuatan dosa, kemaksiatan dan pelanggaran (nafsul ammarah bissu’ 12:53). Namun jika kita senantiasa berupaya dengan sungguh-sungguh mengendalikannya, maka nafsu pun akan tunduk dan bahkan menjadi tentram dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT (nafsul muthmainnah). Pengendali nafsu adalah syariat yang diturunkan oleh Allah SWT, risalah samawiyah yang dibawa oleh Rasul-Nya dan akal yang didasari keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya SAW. Cinta merupakan salah satu keadaan yang dirasakan dalam diri manusia yang tidak lepas dari campur tangan dan peran nafsu. Dalam kondisi tertentu menjadi sulit dibedakan antara cinta dengan nafsu. Seringkali lisan manusia mengucapkan cinta di hadapan lawan jenisnya padahal ia nafsu belaka yang dihiasi dengan ungkapan cinta. Namun juga adakalanya ia mamang cinta yang bersemi dalam hati yang kemudian terungkap lewat lisan yang mulia karena pemiliknya terbina oleh keimanan dan kejujuran. Cinta yang sebenarnya ini sangat memperhatikan aturan syariat yang ia yakini menyelamatkan dirinya dari tipu daya cinta yang dusta atau hawa nafsu yang dihiasi kata cinta. Tidak mudah memang mengenali dan kemudian mengelola perasaan cinta yang dalam kondisi tertentu begitu kuat terasakan dorongannya di dalam hati dan jiwa manusia.
Menjadi persoalan yang rumit memang mengarahkan dorongan cinta agar berbuah kemuliaan dan terselamatkan dari dorongan nafsu semata yang menghinakan kemanusiaan kita. Sebab jika dorongan nafsu yang lebih diperturutkan hingga ia menguasai diri kita, maka meluncurlah derajat kemanusiaan kita pada posisi sangat rendah dan menghinakan. Allah SWT mengilustrasikan demikian : “Pernahkah kamu perhatikan orang yang mempertuhankan hawa nafsunya? Apakah kamu bias menjadi pemelihara atasnya? Apakah kamu kira sebagian besar mereka mendengar dan berfikir? Mereka tidak layaknya binatang ternak saja, bahkan lebih sesat lagi jalannya.” (QS. Al-Furqon 25:43-44)
MENGELOLA PERASAAN CINTA
Mengelola Perasaan Cinta
Mengelola perasaan cinta bias dilakukan sesungguhnya bukan oleh kita, akan tetapi dengan taufiq dan pertolongan Allah SWT. Sebab ia merupakan kondisi yang terjadi di dalam hati, hanya saja seringkali terekspresikan lewat lisan, sikap dan perbuatan. Padahal hati ada dalam genggaman kekusaan Allah SWT. Wa’lamuu annalloha yahuulu bainal mar’i wa qolbihi (dan ketahuilah sesungguhnya Allah menghijab anta seseorang dengan hatiya). Maka kedekatan diri kepada Allah SWT menjadi kunci penguasaan atas hati dan perasaan yang ada pada kita. Memohon taufiq dan pertolongan-Nya dengan proses mujahadah dan taqorrub ilallohu ta’aalaa (29:69). Selain itu, ada langkah-langkah yang bisa kita lakukan agar cinta terasa manis dan membahagiakan sekaligus memuliakan derajat kita di sisi-Nya.
Pertama, bersihkan hati dengan keimanan dan amal keshalihan. Dua hal ini akan meluruskan orientasi kehidupan kita. Kesadaran hidup akan tumbuh dalam diri kita akan kesejatian misi kehidupan yang lurus dan memuliakan derajat kemanusiaan kita. (49:13)
Kedua, fahami tingkatan dan tahapan cinta yang bersemi dan obyek-obyek kecintaan. Ustadz Dr. Abdullah Nasih ‘Ulwan mengungkapkan tingkatan cinta mendasarkan pada Qur`an surat At-Taubah ayat 24 : “Katakanlah : ‘ Jika bapak-bapak, anak-anak, kaum kerabat, harta kekayaan yang kamu kumpulkan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, rumah-rumah yang kamu tempati…jika semua itu lebih kamu cintai ketimbang Allah, rasul-Nya dan berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk (hidayah) kepada orang yang fasiq.”
Ketiga, fikirkan secara mendalam akibat dari setiap perbuatan yang hendak dilakukan. Islam membimbing kita agar melakukan sesuatu berdasarkan ilmu(17:36), tidak sekedar memperturutkan keinginan sesaat yang seringkali menjerumuskan kita kepada kehinaan. Dorongan hawa nafsu yang harus kita kontrol dengan analisa matang akal kita dengan memperhatikan betul rambu-rambu yang telah dengan gamblang dijelaskan dalam Al-Qur1an dan As-sunnah.
Kamis, 05 Februari 2009
meski jauh...
dia tetap bercahaya...
meski kadang menghilang...
dia tetap ada..
tak mungkin dimiliki, tapi takkan bisa dilupakan..
slalu di dalam hati...
SAMPAI KAPANPUN...